IBX5980432E7F390 Panduan Budidaya Burung Perkutut di Sekolah Perkutut - Kicauan Burung Lovebird Ngekek

Panduan Budidaya Burung Perkutut di Sekolah Perkutut

Panduan Budidaya Burung Perkutut di Sekolah Perkutut - Kepada sahabat-teman dan para pembaca terutama penggemar perkutut pemula, berikut ini disampaikan ringkasan dengan sedikit modofikasi perihal cara beternak perkutut yang disarankan yang dibagi dalam 11 langkah beternak Perkutut yang mampu dijelaskan sebagai berikut :
  1. Berdoa 
  2. Sekolah perkutut
  3. Darah atau blood line 
  4. Lomba/konkurs atau latber 
  5. Peternak 
  6. Calon Indukan 
  7. Crossing 
  8. Kandang 
  9. Menjodohkan 
  10. Manajemen sangkar 
  11. Pemeliharaan piyik 

Panduan Budidaya Burung Perkutut di Sekolah Perkutut


1. Berdoa
Sebelum kita melakukan apapun sebaiknya berdoa dahulu, karena sebesar apapun perjuangan kita hanya Alloh yang menentukan segalanya.




Sesuatu yang baru yang ingin kita ketahui termasuk beternak, sebaiknya kita berguru mulai yang paling gampang atau terendah seperti murid sekolah yang mencar ilmu dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan seterusnya sampai S1, S2 dan selanjutnya.



Dalam beternak langkah pertama dan utama yang perlu dilakukan adalah mencari dan menentukan Indukan untuk diternakkan. Kalau kita tidak pintar-pintar bagaimana menghadapi trik untuk ini, salah-salah kita mampu babak belur dan habis duit segudang.



Caranya dengan membeli dahulu perkutut piyik yang murah istilahnya “cepekan“ dan memeliharanya, sambil kita belajar dan memahami aneka macam aspek suaranya, makanannya, perawatannya, dan lain-lain. Setelah menjadi akil balig cukup akal, diharapkan kita sudah paham betul perubahan kualitas dan irama suaranya yang kita inginkan.



Bila sudah merasa lebih tahu, belilah perkutut piyik yang harganya lebih mahal, tujuannya sama untuk memantau perkembangan perkutut piyik tersebut sampai akil balig cukup akal. Demikian seterusnya kita berusaha untuk meningkatkan kualitas perkutut dengan kemampuan dana yang tersedia. Itulah yang di maksud dengan Sekolah Perkutut.

3. Darah atau blood line
Sebagian besar peternak sukses menyampaikan bahwa unsur darah keturunan yang mengalir pada seekor perkutut atau disebut “ Trah “ sangat menentukan kualitasnya. Walalupun ada sebagian peternak yang percaya bahwa kualitas bunyi seekor perkutut mampu diciptakan dengan melakukan “ crossing “. Penulis meyakini bahwa Trah darah seekor perkutut semula juga hasil dari sebuah kerja usang dan panjang memalu sebuah penelitian dengan berpedoman pada ilmu crossing dari hukum Mendel.

Karenanya untuk membeli perkutut piyik, selain mengamati bunyinya, juga sebaiknya perkutut piyik tersebut mempunyai aliran darah yang jelas dan bagus

4. Lomba/konkurs atau Latber
Datang, melihat dan mendengarkan bunyi perkutut yang dilombakan atau konkurs, juga pada waktu latihan bersama, sambil bertanya kepada peternak atau penggemar perkutut yang lebih tahu ( senior ), merupakan tempat mencar ilmu yang terbaik. Dengan cara ini kita akan semakin paham bagaimana bunyi perkutut yang baik dan benar. Ingat akan pepatah : “ Malu bertanya, sesat dijalan “.

Pada kesempatan itu, kita juga mampu mengetahui secara langsung atau tidak eksklusif harga seekor perkutut berdasarkan kualitas bunyinya. Tujuannya biar kita tidak jadi korban dan disembelih oleh peternak pembangkang dikala kita akan menentukan dan membeli calon Indukan untuk diternakkan.

5. Peternak
Untuk membeli perkutut calon Indukan, mau tidak mau kita harus dating ke Peternak tertentu untuk menentukan dan membeli bibit perkutut. Di Tanah Air kita kini ini, sudah banyak bahkan ribuan Peternak dari yang berskala kecil, sedang sampai besar dengan beribu-ribu sangkar.

Sebelum menentukan pilihan untuk membeli, disarankan untuk mendatangi beberapa Peternak sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan baik kualiats dan harganya. Dan jangan punya pemikiran yang salah bahwa Peternak kecil atau sedang tidak mempunyai perkutut yang kualitasnya cantik dengan harga yang miring dibandingkan Peternak besar yang sudah terkenal dan punya nama. Dan nongkronglah beberapa jam untuk mendengarkan bunyi perkutut baik piyik hasil ternakan maupun Indukannya juga trah darahnya. Pada Peternak yang sudah mapan biasanya mempunyai ciri khas piyik hasil ternaknya, contohnya rata-rata bunyinya Cowong, atau ujungnya ndelosor atau depannya menjerit, dan lain-lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kesukaan dari Peternaknya, bila si Peternak kesukaannya yang bunyinya cowong, maka hampir dipastikan perkutut hasil ternakannyapun rata-rata bersuara cowong, dan sebagainya.

Peternak yang sudah mapan rata-rata sudah beternak secara intensif selama 2(dua) tahun lebih, sehingga beberapa Indukannya sudah menggunakan anakan sendiri yang pilihan F2 atau F3 dan hanya sebagian berupa Indukan dari luar sebagai kelengkapan atau untuk memenuhi ajakan yang sedang animo.

Sedangkan Peternak yang belum mapan antara lain ditandai dengan variatifnya Indukaannya dan sedang mencari-cari bentuknya. Dan biasanya harga piyiknya relatif masih murah dibandingkan dengan Peternak mapan dengan kualitas yang sama.

6. Calon Indukan
Agar lebih cepat menghasilkan anakan, yang paling tepat membali calon Indukan yang sudah berumur sekitar 4(empat) bulan dimana waktunya tepat dan mudah untuk mulai dijodohkan, sehingga pada umur 5-7 bulan sudah mampu mulai bertelor. Dan sebaiknya dipilih yang Betina lebih bau tanah kira-kira sebulan dari Jantannya. Berbeda dengan yang sudah berumur biasanya susah dijodohkan atau yang Betina sering dikejar-kejar oleh si Jantan yang biasanya lebih berangasan/galak.

Calon Indukan yang anggun sebaiknya dipilih yang mempunyai suara sbb. : 
  • Suara depan, tengah dan ujungnya manis. 
  • Irama bunyinya dengan ketukan yang agak renggang dan lelah/senggang. 
  • Latar atau air suaranya cowong dan tembus baik yang bervolume besar atau kecil, jangan yang suaranya lembap dan serak. 
  • Juga jangan dilupakan pedoman trah darahnya dengan silsilah yang terperinci. 
  • Perhatikan juga bentuk tubuhnya apakah harmonis dan tidak ada yang cacat. 

7. Crossing
Setelah mendapatkan beberapa calon Indukan Jantan dan Betina, langkah selanjutnya adalah menyilangkan pasangan perkutut berdasarkan dasar bunyinya masing-masing untuk mampu menghasilkan perkutut yang kualitas suaranya lebih bagus. Disini kita dituntut untuk mempelajari cara ilmu croosing yang benar dan baik dengan cara mencar ilmu dari membaca buku-buku secara teori atau belajar langsung kepada sejumlah Peternak sukses ynag pada umumnya sudah paham tehnik silang menyilang.

Jalan pintas lain yang lebih praktis, yaitu dengan meniru atau memfotocopy salah satu sangkar yang sudah terperinci Indukannya dan hasil anakannya anggun dengan membeli adik atau saudaranya dengan resiko yang terperinci harganya pastilah mahal dan hasil anakannya tidak dijamin akan sebagus seolah-olah aslinya.

8. Kandang
Setelah kita menerima beberapa pasang calon Indukan yang dinilai cocok dan pas untuk diternakkan, maka persiapan selanjutnya ialah sangkarnya. Tidak ada ketentuan yang pasti berapa ukuran sangkar yang baik, yang penting dan perlu diperhatikan adalah seberapa luas lahan yang tersedia dan ukuran sangkar disesuaikan dengan lahan yang ada tersebut. Juga untuk effisiensi bahan yang biasanya dibentuk dari bahan kawat, maka biasanya tingginya bisa 45, 90, 135 atau 180 cm sesuai ukuran lebar kawat, sedangkan lebar dan panjangnya diubahsuaikan, dan yang ideal yang disarankan yaitu ; lebar : 60 cm, panjang ; 100 – 180 cm. Bahkan dengan ukuran sangkar : 50(L) x 60(P) x 50(T) dapat dipakai untuk beternak dengan syarat tidak sering dipindah-pindah dari tempatnya, terutama selama dalam era mengerami telornya. Dan lantai bisa dibuat dari tanah biasa atau yang berpasir, juga mampu berupa lantai bersemen. Demikian pula atapnya dapat dari bahan genting, asbes atau apa saja. Yang sangat perlu diperhatikan antara lain harus mendapat sinar matahari pagi, kelembaban cukup, jarak atap ketempat sarangnya tidak terlalu akrab biar tidak terlalu panas. Dan perjuangankan tikus, kucing dan hewan sejenisnya mbisa masuk kekandang, termasuk semut dan cicak. Bahannya juga mampu kayu, besi ataupun aluminium tergantung kemampuan anggaran yang tersedia.

Letak kandang sebaiknya tidak akrab dengan sumber bunyi yang berisik, tetapi sebaiknya juga jangan ditempat yang sepi yang jarang dikunjungi insan/orang, perkutut akan semakin terbiasa dan merasa nyaman bila sering dikunjungi dan bertatap muka dengan manusia/orang.
Baca juga : Cara menjodohkan perkutut.
9. Menjodohkan
Tehnik menjodohkan juga perlu diketahui dengan baik, karena kedua calon Indukan tidak begitu saja eksklusif jodoh, tetapi membutuhkan proses untuk saling kenal terlebih dahulu dengan cara antara lain keduanya ditempatkan pada sangkar terpisah dan setiap hari selalu disandingkan. Setelah satu atau dua ahad, sesudah kelihatan keduanya sudah saling kenal dengan gejala saling mengangguk-angguk dan kalau tidur malam hari selalu ingin berdekatan. Maka keduanya disatukan tetap dalam sangkar kecil dahulu untuk beberapa hari.

Waktu yang sempurna untuk memasukkan ke sangkar ternak adalah sore hari dengan sebelumnya kedua perkutut cvalon Indukan tersebut dilolohi kacang hijau yang sudah direndam hingga lunak, vitamin-E, minyak ikan, B-kompleks dan sedikit dibasahi badannya, diharapkan malam harinya akan tidur berdekatan bersama.

Beberapa minggu lalu keduanya akan melakukan perkawinan dan siap untuk bertelor, jangan lupa untuk disiapkan sarang dari anyaman rotan yang diberi daun cemara atau rumput kering untuk meletakan telor-telornya.

Bila ternyata masih belum jodoh atau biasanya yang Jantan galak, maka si Jantan ditangkap dan dimandikan atau kalau perlu digodi ( sayapnya diikat 5-6 lembar ) dan kemudian dimasukkan sangkar kembali.

10. Manajemen kandang
Setiap kandang sebaiknya diberikan gejala misalkan dengan Nomor atau Nama terserah apa saja sesuai kemauan masing-masing. Juga ada baiknya dibentukkan catatan pasangan Indukan dari BF dengan ring apa, tanggal lahir, dll/

Perhatikan kapan setiap pasangan pada sangkar masing-masing sudah mulai melaksanakan perkawinan, untuk keperluan disiapkan sarangnya. Buatkan catatan khusus ( kalau perlu dengan komputerisasi ) kapan mulai bertelor, kapan diperkirakan menetas sehabis 14-15 hari mengeram, bagaimana alhasil ( menetas semua atau tidak hanya satu atau bhakan tidak menetas semua ), periksa keadaan telor yang tidak menetas untuk mengetahui penyebabnya, dll.

Pasanganlah Ring di salah satu/kedua kakinya pada umur piyik sekitar 7-9 hari dan selanjutnya terserah kita apakah piyik tersebut akan tetap dikembalikan untuk diasuh oleh Induknya atau akan dititipkan Puter sebagai Induk asuh pengganti. Yang perlu diperhatikan, kalau akan menggunakan jasa Puter haruslah yang sedang mengeram paling tidak sudah 10 hari dimana Puter sudah menghasilkan susu ditemboloknya. Jasa indukan pengganti juga bisa dilakukan oleh Diamond Dove yaitu sejenis Perkutut berasal dari Australia yang tubuhnya lebih kecil.

Pada edisi yang akan tiba dengan topik yang lain akan kita bahas bagaimana menetaskan telor perkutut dengan menggunakan jasa Puter atau Diamond Dove yang tujuannya untuk menciptakan Indukan favorit kita bertelor lebih produktif dan menghasilkan anakan piyik lebih banyak.

11. Pemeliharaan piyik
Piyik-piyik sehabis berumur 1-1.5 bulan sebaiknya sudah mulai dipisahkan dari Induknya baik Perkutut maupun Puter/Diamond Dove, alasannya mereka sudah bisa mulai makan sendiri dan biasanya Indukannya juga sudah enggan meloloh dan sudah mulai melakukan perkawinan lagi.

Piyik-piyik tersebut ditempatkan didalam sangkar kayu ukuran 50(L) x 70(L) x 50(T) cm sebanyak 8-10 ekor bersama-sama, kalau perlu diberikan lampu untuk pemanas terutama pada malam hari atau udara hambar pada musim penghujan.

Sebaiknya tiap-tiap piyik diberikan vitamin pelengkap antara lain berupa ; B-komplek, minyak ikan, kalsium dan obat cacing sebelum dimasukkan ke sangkar kayu tersebut.

Usahakan minimum setiap hari setidaknya dua hari sekali dijemur dari jam 08.00 sampai jam.11.00, biar mendapat sinar matahari pagi dan ultra violet yang cukup untuk kesehatan tubuhnya. Dan pada minumannya diberikan Vitamin tambahan dua kali seminggu untuk menambah daya tahan tubuhnya.

Menginjak umur 3(tiga) bulan, bila dikehendaki piyik-piyik tersebut sudah dapat dipisahkan dan masing-masing dimasukkan ke sangkar soliter biar mampu lebih simpel untuk memantau bunyinya dan menentukan kualitas suaranya tersebut.

Selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan penilaian apakah Indukan kandang tertentu sudah benar atau kurang benar, sehingga perlu dilakukan perombakan pasangan Indukannya dalam usahanya untuk selalu meningkatkan mutu kualitas bunyi.

Demikian sekilas wacana panduan budidaya burung perkutut di sekolah perkutut semoga bermanfaat. Selamat Mencoba..!!!

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Panduan Budidaya Burung Perkutut di Sekolah Perkutut"

Posting Komentar